Wabah Covid-19 Datang, Virus Corona Mengancam Dari Mana-Mana
Gelombang pertama wabah COVID-19 bisa kami lewati dengan baik. Saya yang kebetulan seorang konsultan peternakan (ayam petelur), langsung teringat dengan kebiasaan di farm, bagaimana usaha menghindar dari Virus (dalam hal ini COVID-19) tersebut. Karena memang pada sebuah kawasan farm dengan luas sekitar 4 ha atau lebih, biosecurity harus dijalankan sangat ketat untuk menghindarkan ternak dari bibit-bit penyakit seperti virus, bakteri dan parasit.
Belum diketemukannya vaksin COVID
COVID-19, bukan merupakan hal yang terlalu menakutkan bagi kami saat itu. Karena sudah mempunyai pemahaman, bahwa kelak vaksin bukanlah segalanya. Karena vaksinasi tidak menjamin yang sudah divaksinasi bebas 100% dari serangan virus. Dan yang namanya virus itu sangat mungkin untuk bermutasi (berubah sifat)
Kelemahan Virus, Hal Penting yang Harus Diketahui
Ketakutan seseorang akan bisa terkontrol jika mengetahui siapa musuh yang akan menyerangnya. Sementara keberanian karena tidak mengetahui siapa musuh, ini akan berakibat fatal dan seperti bunuh diri saja.
Saya tidak akan bicara detail tentang virus (karena bukan ahlinya), tapi ada hal sangat penting yang harus diketahui. Bahwa virus tidak punya alat gerak (seperti sayap atau kaki), yang membuat dia bisa pergi (bergerak atau terbang) kemana dia suka.
Selain itu, virus RNA ini sebenarnya bisa mati dengan deterjen dan desinfektan. Sehingga sebenarnya sangat mungkin bagi kita untuk mengantisipasinya dengan cara yang bisa kita lakukan.
Sampai disini tentu bisa dipahami dengan logika sederhana, bagaimana virus-virus corona penyebab wabah COVID-19 itu bisa pergi kemana-mana atau datang dimana-mana. Yaa… virus itu bisa datang dan pergi kemana-mana karena ada media (bisa manusia, binatang, alat, atau benda-benda lain) yang memungkinkan virus bisa menumpang/menempel untuk jangka waktu terbatas.
Hindarkan Paparan Virus untuk Cegah Wabah COVID-19 Meluas
Dengan mengetahui kelemahan virus penyebab wabah Covid-19, sebenarnya kita sudah bisa dikatakan cukup aman dari serangan penyakit ini. Yaitu dengan menghindarinya sejauh mungkin…!
Tapi semudah itukah…! Itulah masalahnya, karena untuk untuk hidup kita harus beraktifitas kita harus bekerja. Kita harus bergerak dari satu tempat ketempat lain (mungkin salah seorang tanpa sengaja membawa virus ini) untuk menjalankan dan menuntaskan aktifitas atau kerja kita.
Tuntutan kerja dan tantangan untuk hidup sehat merupakan 2 hal yang sebenarnya bisa dijalani, jika mau melakukan sesuatu yang sudah kita mengerti dan pahami. Tuntutan kerja (perut) harus sinergis dengan tantangan hidup sehat harus berjalan sinergis tanpa harus egois dengan salah satunya.
Pemerintah pasti tdak akan mampu menghidupi kita yang tidak berusaha (bekerja). Tapi, pemerintah juga pasti tidak mampu (berat) untuk membayar biaya sakit rakyatnya jika pandemi COVID-19 ini mewabah dimana-mana.
Jaga Diri dengan Protokol Kesehatan
Dari awal sebenarnya sudah diketahui, bahwa virus COVID-19 mempunyai kelemahan tidak bisa bergerak sendiri (tidak bisa bergerak apalagi terbang) dan bisa dibunuh dengan deterjen dan desinfektan. Maka berdasarkan inilah dibuat aturan/protokol kesehatan guna menghindar dari paparan virus corona ini.
- Mencuci tangan
Bertujuan membersihkan diri (alat gerak yang tanpa sengaja bisa menyentuh mata, hidung, mulut sebagai media virus masuk ketubuh) dan membunuh virus. - Menggunakan masker
Menghindari masuknya droplet (percikan saat bicara) ataupun uap air dari pernafasan teman bicara yang kemungkinan mengandung virus. - Menjaga jarak
Ini juga bertujuan menghidari kita dari jangkauan droplet dan uap pernafasan. - Menghindari kerumunan
Bertujuan menghindarkan kita dari droplet dan uap pernafasan dari orang-orang disekeliling yang tidak diketahui pasti status kesehatannya. - Mengurangi mobilitas
Jangan pergi kemana-mana tanpa tujuan yang memang penting dan harus. Sehingga setiap orang dapat mencegah bergeraknya (membawa) virus dan tanpa sengaja menyebarkannya. Disini penekanannya adalah, jangan bergerak ke suatu tempat, jika masih mungkin untuk tidak dilakukan.
Menjalankan protokol kesehatan secara teori tidak terlalu sulit, setiap orang hanya akan diminta untuk berbicara dengan hati kecil, bukan untuk memuaskan kesenangannya saat pandemi seperti sekarang.
Kronologi Tertular Wabah COVID-19
Protokol kesehatan sudah dijalankan, tetapi keluarga kami tetap tertular. Sengaja kasus ini dicontohkan sekedar berbagi dan evaluasi mengenai kecerobohan maupun ketidak sengajaan dalam dalam bertindak.
Kegiatan Sebelum Terinfeksi
- 19 dan 20 Juni 2021 kami menghadiri pameran investasi, perdagangan dan pariwisata daerah di Java Mall Semarang.
- 18 dan 19 Juni 2021, berkunjung menyaksikan pameran. Masing-masing kunjungan selama sekitar 1 jam. Dan sempat berinteraksi dengan sesama peserta pameran dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.
Gejala Infeksi COVID-19 Mulai Terjadi
- 20 Juni salah satu peserta pameran (sudah 2x divaksinasi COVID-19) menghubungi dan memberitahukan jika sepulang dari pameran di Semarang merasakan demam dan meriang. Lalu melakukan tes swap antigen dengan hasil reaktif.
- 21 Juni yang bersangkutan melakukan test PCR.
- 23 Juni 2021 hasil test swap PCR yang bersangkutan positif, sehangga langsung isolasi mandiri (isoman).
- 26 Juni 2021 crosscheck pada ibu A peserta pameran (ikut di pameran mulai tanggal 16-20 Juni 2021) yang sempat berinteraksi dengan kami. Ibu A (belum di vaksinasi COVID-19) mengatakan kalau beliau sepulang dari pameran mengalami flu berat, meriang pusing dan badan sakit semua. Istri saya segera menyarankan untuk berobat ke dokter dan melakukan swap.
- 26 dan 27 Juni 2021 saya naik ke Kawah Ijen untuk menunaikan Nazar saya karena anak saya lulus masuk tes SBMPTN Fak. Kedokteran Hewan Unair.
- 3 – 21 Juli 2021 diberlakukan PPKM Darurat di Jawa Bali.
Gejala Infeksi Covid-19 Mulai Kami Rasakan
- 5 Juli 2021 sore saya merasa agak meriang, istri saya juga tapi dengan gejala yang lebih berat disertai radang tenggorokan. Berkaca pada kasus yang menimpa 2 peserta pameran yang menunjukkan gejala seperti Covid (salah satunya tes PCR positif), maka kami memutuskan untuk isoman. Keputusan melakukan isoman, karena Rumah Sakit penuh dan paramedis terbatas akibat banyak terpapar virus corona juga.
- 6 Juli 2021 pagi istri saya sudah tidak bisa mencium bau (anosmia) dan merasakan makanan
- 6 Juli 2021 saya konsultasi dengan saudara yang dokter dan mendukung keputusan kami. Kami diberi resep Azitromicin 1×500, paracetamol 3×500, becom C 2×500 dan FG troches 3×1 (tablet hisap). Tapi sayang Azitromicin tidak berhasil kami beli diapotik-apotik Sidoarjo dan beberapa di Surabaya. Akhirnya dikirim dari saudara di Semarang dan anak saya dari Medan (cukup ironis juga ya). Anak saya menambahi dengan supplemen seperti Clover honey dan Propo Elix. Selama isoman hanya istri saya yang mengkonsumsi antibotik karena menunjukkan gejala pernafasan, sementara saya dan anak hanya mengkonsumsi makanan protein tinggi seperti telur, susu murni dan supplemen serta vitamin.
- 6 Juli 2021 juga, kami umumkan pada RT setempat kalau kami isoman, agar jika ada apa-apa tetangga bisa membantu.
- 10 Juli 2021 sore dapat berita dari salah satu teman fotografer kalau ibu A yang sempat berinteraksi dekat dengan kami meninggal dunia akibat COVID-19. Berberapa hari kemudian dapat info dari suami ibu A, bahwa ibu A mempunyai komorbid penyakit gula darah (diabetes melitus).
Tracing
Mengurutkan kejadian yang dialami, rasanya interaksi pertemuan di pameran Semarang nampaknya menjadi kemungkinan terbesar bagaimana wabah COVID-19 bisa menulari keluarga kami. Memang semua sudah menjalankan prokes, namun ada kemungkinan masih ada celah untuk terpapar virus.
- Pameran diadakan di ruangan tertutup (Mall) yang tidak memungkinkan udara berganti secara baik.
- Interaksi di stand pameran yang berukuran sempit (sekitar 2×3 M2), mengakibatkan interaksi dilakukan begitu dekat.
- Banyak orang berkumpul dengan status kesehatan yang tidak diketahui.
- Kemungkian penularan virus bukan saja melalui hidung dan mulut, juga bisa melalui mata. Dalam hal ini tidak satu pun dari peserta yang menggunakan faceshield (pelindung wajah).
Diskusi
- Literasi mengenai COVID-19 perlu di perbanyak untuk menambah wawasan. Sehingga kita mengetahui keadaan yang benar, untuk “mengapa harus takut dan mengapa berani” dalam melakukan sesuatu.
- Protokol kesehatan sebenarnya menjaga dengan cara “mengisolasi” fisik kita dari paparan virus.
- Pada infeksi Covid dikeluarga kami, ternyata istri paling berat gejalanya, saya nomer 2 karena hanya sedikit meriang (padahal sudah sama-sama divaksinasi 2x). Sementara anak perempuan kami yang berumur 18 tahun dan sama sekali belum di vaksinasi tidak menunjukkan gejala apapun.
- Hasil swap PCR saya pada tanggal 16 Juli 2021 menunjukkan positif dengan CTtvalue gen ORF 1 ab 33,80 dan Ct value gen N 32,86.
Swap antigen anak saya Aliyya Non reaktif. Sementara istri saya masih melanjutkan isoman karena masih ada gejala batuk. - Jangan malu terinfeksi Covid-19 karena ini bukan aib. Memberitahukan kondisi kita yang sebenarnya justru akan sangat meringankan kita jika sewaktu-waktu butuh bantuan dari tetangga sekitar kita.
Pada kasus keluarga kami, justru walau kami tidak kekurangan, namun tetangga seperti saling perhatian dan memberi semangat maupun makanan, jamu, buah dan sebagainya. Dalam hal makanan, kadang tetangga memberi makanan yang asing bagi kita yang dikatakan sebagai jamu (obat). Semua kami konsumsi semampu kami, karena kami yakin dalam pemberian itu pasti ada DO’A (harapan) agar kami segera sembuh.
9 Comments. Leave new
Semangat Mas… Bagus isinya ini.
“….Jangan malu terinfeksi Covid-19 karena ini bukan aib….” Setuju banget
Terimakasih mas…semoga semua menyadari betapa covid19 sangat berbahaya
Terimakasih mas…
Realistis informatif. Matur nuwun sharenya Bang
Terimakasih… semoga bermanfaat…
Maturnuwun dek….
Terimakasih informasinya..mudah dibaca dan dipahami.
Semoga kita selalu diberi kesadaran untuk mencegahnya dan diberi kesehatan oleh Allah swt.
Aamiin
Maturnuwun oom Antok….alhamdulillah gejala klinis sdh gak ada…tapi tes PCR masih positif
Maturnuwun oom Antok…