Perunggasan Indonesia dan Pekembangannya
Perunggasan Indonesia sejak tahun 1960-an mulai menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan. Saat itu ayam hibrida mulai merambah Indonesia. Sekitar tahun 1970 mulai dikembangkan ayam Broiler (pedaging) dan Layer (petelur) dengan mengimport bibit ayam komersial untuk para petani peternak.
Pada tahun 1970-an inilah budidaya ayam pedaging dan petelur semakin menyebar di Indonesia dan setelah mulai berdirinya Breeder yang meng-import parents stock dan pabrik pakan ternak (feedmill)
Berdirinya breeder-breeder di Indonesia menjadi tonggak sejarah perkembangan dunia perunggasan yang berkembang menjadi industri. Karena selain breeder, berkembang juga industri pakan ternak (feedmill), obat-obatan (farmasi) maupun industri peralatan (equipment).
Dengan berkembangnya Industri perunggasan yang begitu pesat, maka kebutuhan gizi masyarakat pun semakin meningkat, karena kemampuan produksi dan produktifas dari ayam-ayam import ini sangat cepat dan tinggi.
Baca Management Pemeliharaan Ayam Petelur Iklim Tropis
Industri Perunggasan Indonesia Berkembang Semakin Cepat
Dengan tuntutan perkembangan populasi manusia serta kebutuhan gizinya, para breeder pemilik strain-strain dunia mengembangkan strain ayam yang mereka produksi dengan genetic improvementnya yang luar biasa.
Genetic improvement yang terkait dengan sasaran utama, yaitu :
Broiler
- pertumbuhan daging
- Feed Convertion Ratio (FCR) yang rendah
- daya tahan hidup
- pengurangan lemak perut
Layer
- konsumsi pakan (FCR)
- jumlah telur
- berat telur
- kualitas telur
- daya tahan produksi
Tak kalah, industri peralatan perkandangan pun makin mengembangkan diri dengan berbagai jenis peralatan (closed house dan peralatan-peralatan otomatis lainnya) yang membuat unggas nyaman dan berproduksi secara efisien.
Feedmill (pabrik pakan) serta farmasi (produsen obat dan vaksin) sudah lebih dulu mengembangkan produksinya agar mampu mendukung produksi ayam broiler maupun petelur untuk mengembangkan potensi genetik nya dengan maksimal. Sehingga perkembangan industri perunggasan Indonesia bisa berkembang cepat dan maksimal.
Baca Produksi Telur Harus Tercapai Sesuai Standar
Pertanian sebagai Pendukung Perunggasan Indonesia
Secara umum, hampir semua bahan pakan ternak merupakan produk pertanian. Mulai jagung, katul, bungkil kedelai, bungkil kelapa dan sebagainya semestinya bisa dihasikan di Indonesia. Tapi pada kenyataannya sebagian besar produk bahan baku pakan diatas masih diimpor.
Sektor ini tentu harus lebih di perhatikan lagi oleh pemerintah, mengingat industri perunggasan akan terus berkembang lagi.
Dengan semakin berkembangnya industri peternakan ini, maka impor bahan baku akan semakin tinggi, yang tentu pada akhirnya akan banyak menggerus devisa negara. Sehingga ketergantungan pada bahan baku impor, pada akhirnya akan mengganggu industri perunggasan itu sendiri.
Ketergantungan ini sudah terjadi sejak lama, di mana pada saat over supply daging dan telur, selalu bersamaan dengan langka dan mahalnya bahan baku pakan. Karena semakin tinggi populasi, semakin meningkat produksi yang dialirkan ke pasar semakin tertekan harganya(supply meningkat). Di sisi lain semakin tinggi populasi, semakin banyak kebutuhan impor semakin mahal pula harga bahan baku impor.
Bisa dibayangkan, bahan pangan masyarakat sehari-hari, yang bahan baku yang kita beli dengan dollar kemudian harus dijual hanya di dalam negeri dalam rupiah. Itupun dengan harga yang sangat berfluktuasi, yang tidak jarang sangat merugikan.
Over supply daging ayam sehingga membatasi jumlah penetasan, dengan membuang telur yang sudah di setting/ hatching egg, salah satu cermin kurang tepatnya sasaran produksi DOC broiler. Berapapun over supply-nya, itu tentu sama saja dengan kelebihan impor bahan baku pakan yang terbuang sia-sia.
Alur ekonomi ini masih bisa terbantu asalkan ada peningkatan daya beli masyarakat yang setara. Tapi sejauh mana kemungkinan itu bisa tercapai…? Wallahualam bi shawab…
Apa Kabar Pabrik Pakan (FEEDMILL)
Sulit dipungkiri bahwa pabrik pakan inilah (dengan kebutuhan bakunya yang sangat besar) sebenarnya yang menjadi kekuatan yang sangat besar pengaruhnya pada industri perunggasan. Padahal selama ini peternak lebih menyoroti Breeding Farm jika terjadi gejolak pada industri hilir perunggasan.
Kita mungkin lupa, siapa pemilik breding-breeding farm itu. Breeder dibuat memang untuk “mengkonsumsi” pakan yang dihasilkan pabrik pakan(feedmill). Tanpa breeding farm (DOC sebagai hasilnya), sulit untuk mencari konsumen yang mau membeli pakannya. Bahkan menggandeng pembelian DOC broiler oleh peternak dengan harus membeli juga pakan (bundling) sudah menjadi tradisi (penjualan DOC petelur pun mulai sering seperti itu). Penjualan dengan cara SKB (syarat ketentuan berlaku) seperti ini sudah bisa menunjukkan kekuatan feedmill yang sebenarnya. Bahkan tidak jarang suatu saat pada kondisi tertentu, DOC digratiskan, asal membeli pakan dari pabrik tertentu.
Semua tahu bahwa pabrik pakan harus mempunyai stok bahan baku yang besar (bisa untuk beberapa bulan), karena tanpa stok besar kelangsungan produksi mereka tidak aman. Namun efek buruk yang di akibatkan adalah, jika bahan baku produksi di pasaran menipis, mereka (feedmill) dengan jaringan dan finansial yang sangat kuat tentu paling cepat mendapatkan bahan baku (contohnya jagung dan katul) sebelum peternak kecil.
Dengan demikian terlihatlah sebenarnya, justru peran feedmill lah yang tidak kalah besarnya mewarnai arah perkembangan perunggasan Indonesia, bukan hanya Breeding farm semata-mata.
Bagaimana dengan Peternakan Ayam Petelur
Peternakan ayam petelur sebagian besar dipelihara oleh perusahaan maupun masyarakat secara mandiri, tidak seperti halnya usaha peternakan ayam broiler yang sebagian besar sudah dikuasai oleh perusahaan integrator
Peternak ayam petelur merupakan sektor usaha peternakan yang masih relatif lebih terbebas dari sentuhan tangan Integrator. Ini dikarenakan usia pemeliharaan yang panjang dan umumnya peternak-peternak lama, sehingga membutuhkan perhitungan teknis dan biaya yang lebih rumit lagi. Tapi semua itu bukan tidak mungkin suatu saat akan tersentuh juga oleh integrator dengan nama kemitraan.
Broiler pun dulu dijalankan oleh peternak biasa, lalu memperbesar modal usahanya. Sehingga menjadi peternak besar yang lalu sebagian dari peternak ini pelan-pelan berubah menjadi integrator juga.
Sekitar tahun akhir tahun 1980an, para integrator ramai-ramai mulai membangun slaughter house dan cool storage untuk bisa menampung produksi daging ayam (dan tentu saja memperbesar kemitraan mereka). Agar pada saat ada kelebihan produksi, integrator bisa memotong sendiri ayam-ayam mereka, lalu menjual langsung ke pasar modern maupun basah. Jika ada kelebihan produksi, integrator bisa menyimpannya di cold storage untuk menjaga pasokan dipasar (agar harga jual mereka stabil)
Namun apa kabar sekarang..? Slaughter house maupun cold storage sudah tidak mampu lagi menstabilkan pasokan (harga). Akibat kelebihan produksi (supply) yang begitu besar, sebahagian ayam dilepas kepasar besar tanpa sanggup lagi mereka potong maupun disimpan di cold storage untuk menstabilkan harga.
Sementara disisi lain, hasil produksi peternak ayam petelur belum lagi menyentuh bentuk pasar yang lebih modern dengan mengolah hasil telur mereka. Sebagian besar peternak petelur masih mengandalkan penjualan produksi mereka pada pengepul maupun toko/warung tertentu.
Peternak petelur masih lebih banyak menjual telur-telur mereka pada pengepul karena itu dirasa lebih memudahkan penjualan produk mereka. Menjual eceran bagi peternak besar terasa merepotkan, karena jika produksi mereka yang sudah mencapai 5 ton, eceran bukan perkara gampang.
Nafsu Bersaing Berefek Besar Pada Peternak Rakyat
Kemana lagi tujuan ekonomi dari para integrator kalau bukan bersaing untuk menjadi yang terbesar dengan saling berebut pangsa atau membuat pasar-pasar baru. Seperti halnya membuat pabrik pengolahan makanan dengan memperbesar rumah potong serta cold storage mereka.
Pengolahan hasil unggas menjadi makanan siap masak maupun siap saji adalah suatu keniscayaan pada masyarakat modern yang membutuhkan dukungan barang instan untuk mengejar waktu. Konsumen jelas diuntungkan dengan keadaan ini, karena ini merupakan tuntutan zaman.
Namun persaingan dengan produksi jor-joran serta persaingan dalam pemasaran yang hanya mengejar target penjualan, tentu bisa melampaui kebutuhan pasar (konsumen) seperti yang terjadi saat ini. Sehingga barang yang sudah dibuat harus membanjir ke pasar bebas dan menekan harga sedemikian rupa dalam persaingan penjualannya.
Yang lebih ditakutkan, jika setting produksi DOC bukan atas kebutuhan pasar real (kebutuhan masyarakat), tapi atas kebutuhan pasar pakan ternak yang hampir tak pernah rugi. Karena pangsa pakan ternak paling besar (feedmill) adalah ayam ( broiler maupun layer tentunya) !!!
Kiat Peternak
Sudah lama peternak terombang ambing yang kadang terhempas tanpa mampu berbuat apa-apa dan hanya menunggu bantuan dari pemerintah. Dalam waktu-waktu tertentu, selama bertahun tahun itu selalu terjadi.
Semestinya peternak sudah memahami problem yang selama ini selalu dihadapi dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Memperpendek rantai pemasaran dan bergeser kebawah tidak ada salahnya dalam penjualan. Dan untuk hal ini, sudah mulai dilakukan oleh peternak-peternak besar yang menanamkan investasinya dengan membuat toko retail untuk penjualan partai besar maupun eceran.
Dari pengamatan pada peternak-peternak yang sudah melakukannya, memang tidak gampang dan butuh waktu. Namun ternyata cara ini mulai berkembang. Karena selain mereka bisa menjual dalam partai besar, peternak juga bisa mengetahui karakter maupun perubahan konsumennya dengan lebih cepat. Sehingga bisa melakukan antisipasi lebih cepat lagi dalam mengamankan penjualan.
Faktor-Faktor yang Sangat Mempengaruhi perunggasan Indonesia
Sisi Produksi Perunggasan Indonesia
- Melambungnya Harga Pakan
Melambungnya harga bahan pakan sudah tentu dipicu oleh kurangnya supply bahan pakan akibat panenan produk pertanian yang berkurang dan atau kebutuhan yang meningkat terhadap bahan pakan tersebut. Pada sisi ini peternak hanya bisa mengikuti/menerima harga yang terjadi. Peternak tidak boleh/bisa menekan sisi bisnis lain (bahan pakan) untuk menurunkan harga, karena bisnis lain juga mempunyai perhitungan tersendiri untuk mendapakan keuntungan dalam bisnisnya. - Langkanya Bahan Pakan
Kurangnya produksi bahan pakan global maupun lokal semestinya peternak dan pemerintah sudah melakukan antisipasi . Karena tidak sedikit ahli pada awal-awal terjadinya pandemi Covid-19 yang sudah memprediksi bakal terjadi kelangkaan bahan pangan (dan bahan pakan sebagai turunannya) secara global. Sekarang ketika baru sebahagian dari prediksi tersebut terbukti, kita sudah mengalami dampak yang begitu besar - Penyakit
Dilarangnya penggunaan berbagai jenis antibiotik dalam pakan ternak sangat berdampak pada peternak yang malas/enggan menjalankan program biosecurity di farm nya. Ingat, terbatasnya lahan dan semakin berkembangannya populasi ternak unggas mengakibatkan usaha peternakan semakin rapat antar farm nya. Ini tentu sangat berbahaya untuk penularan penyakit antar farm.
Sisi Pasar
- Fluktuasi harga pada hari-hari besar dan kegiatan keagamaan.
Sampai saat ini, grafik harga menunjukkan bahwa hari-hari besar keagamaan dan budaya di Indonesia masih sangat mempengaruhi harga produk unggas di Pasar. Tapi kondisi yang bisa siasati untuk meraih keuntungan ini jarang bisa dimanfaatkan oleh peternak. Karena jika harga dipasar sudah mahal, peternak sering terlena, lupa bahwa harga selalu berfluktuasi. - Over supply produk di pasar
Sisi ini biasanya banyak diawali dengan penghitungan breeder pada produksi/impor GPS (grand parent stock). Dan tak jarang penambahan populasi dari hulu ini atas permintaan/kebutuhan pabrik pakan ternak (feedmill) maupun industri hilir. Bahkan kalau diperhatikan, tidak sedikit peternak-peternak yang dulunya berada di industri hilir, merasa tidak puas lalu mengembangkan bisnis peternakannya menjadi industri hulu (integrator).
Kesimpulan
- Industri Feedmill merupakan industri hulu yang paling besar perannya dibalik breeding farm, yang pada akhirnya berkembang menjadi integrator yang tentunya bisa menjadi faktor paling mempengaruhi perkembangan perunggasan Indonesia.
- Meminta pemerintah untuk menurunkan harga bahan pakan yang merupakan sisi bisnis lain tentu akan menjadu lucu. Karena bisnis bahan pakan berawal dari produk pertanian, yang dimiliki petani yang tentu mempunyai perhitungan bisnis sendiri. Sebagai contoh, tidak mungkin peternak (pemerintah) memaksa petani jagung menurunkan harga jagung. Karena kehidupan sehari-hari petani jagung belum tentu lebih baik dari peternak. Apalagi untuk menurunkan harga bahan baku import yang jelas-jelas diproduksi negara lain. Pemerintah hanya bisa membuat semacam skema subsidi dalam membantu peternak, untuk mengurangi tekanan harga pasar bahan baku.
- Tugas pemerintah sebagai regulator adalah memprogram populasi dan produksi unggas agar sesuai dengan kebutuhan pasar yang ter-update (penyeimbangan supply-demand) Sehingga pada akhirnya akan terbentuk harga pasar yang menguntungkan bagi bisnis perunggasan. Pada kelanjutannya, pememerintah tentu harus menginisiasi dalam membentuk model bisnis perunggasan yang lebih aman dalam perkembangan perunggasan Indonesia kedepannya.
- Peternak petelur, sebagian besar masih merupakan bisnis mandiri yang belum tersentuh oleh jaring-jaring integrator. Sehingga peternak petelur harus tetap tegak berdiri dan terlindungi, agar tidak lebih banyak lagi tersentuh oleh integrator. Karena pada sisi lain (broiler), usaha peternak yang sudah dikuasai para integrator tidaklah menjadi lebih baik bagi peternaknya sampai saat ini.
Saran
- Berbicara mengenai kebutuhan gizi masyarakat, secara umum kebutuhan telur keluarga di Indonesia (organik) sudah bisa dikatakan mencukupi. Namun pada era modern seperti sekarang ini, pasar makanan olahan maupun sisi HOREKA (hotel restoran dan cafe) akan menjadi sangat besar jika peternak dan pihak terkait lainnya rajin bersosialisai (beriklan) secara masif. Ingat, susu Bear Brand saja mampu mencuri pasar, masa telur yang jelas-jelas bergizi tinggi terpuruk ditengah Covid-19.
- Peternak petelur, selain mumpuni dalam produksi, harus juga memahami bagaimana perkembangan pasar (pemasaran). Sehingga mampu mengantisipasi gejolak harga yang akan terjadi, karena grafik harga sudah membuktikan, bahwa pasar sangat dinamis. Pasar selalu berfluktuasi mengikuti hari-hari besar keagamaan dan budaya.
- Banyak data dan informasi bisa didapat dari berbagai media mengenai perkembangan pasar telur. Biasakanlah untuk menggunakan data yang didapat ini untuk melakukan analisa dan evaluasi, sehingga peternak bisa melakukan antisipasi untuk mencari terobosan pemasaran.
- Mulai sekarang, peternak lebih baik tidak terlalu banyak lagi bicara/berharap tentang turunnya harga pakan. Karena mulai awal pandemi Covid-19 sudah diprediksi bahwa harga pangan akan naik drastis karena negara2 penghasil bahan pangan lebih mengutamakan pasar dalam negeri mereka dulu dibanding eksport. Sehingga harga bahan pakan akan membutuhkan waktu lama untuk turun, itupun kalau bisa turun. Bertindak dalam merancang produksi dan mencari terobosan pasar telur tentu akan lebih bermanfaat (menjaga keseimbangan supply-demand)
NOTED :
Bagi yang masih berminat dengan tabel kalkulasi HPP telur (rumus), silahkan tinggalkan alamat email di komentar pada artikel ini. Rumus HPP telur akan saya kirim via email anda
6 Comments. Leave new
Nice
kundratpermana85@gmail.com
Silahkan cek email
zuhdirham@gmail.com
Silahkan cek email