Tekanan Harga Terjadi Cukup Lama
Harga telur ayam yang sudah cukup lama mengalami tekanan, menjelang minggu ke 3 Ramadhan permintaan telur mulai terasa meningkat. Kondisi dimungkinkan karena hari penetasan breeder mulai kembali normal.
Saat tekanan harga dari sisi supply berkurang, pasar kembali pada produksi telur komersial. Namun dari sisi lain, supply-demand mulai akan mendapatkan tantangan dari daya beli masyarakat.
Kenaikan harga akibat berkurangnya supply secara signifikan, tentu akan dicoba untuk menantang daya beli yang terlebih dahulu telah digerus oleh kenaikan harga BBM, harga minyak goreng maupun harga-harga sembako lainnya
Bagaimana Harga Telur Ayam Menjelang Lebaran Kali Ini ?
Harapan yang begitu besar dari peternak ayam petelur agar harga bisa mencapai puncak bahkan membuat rekor bukan sesuatu yang berlebihan. Karena sudah cukup lama harga ini tertekan dan ditambah lagi oleh naiknya harga pakan yang begitu luar biasa. Sehingga Harga Pokok Produksi (HPP) makin sulit berada di bawah harga pasar telur.
Kali ini dengan harga pakan yang sudah naik lagi, tentu HPP juga ikut naik. Sehingga peternak membutuhkan harga yang lebih tinggi agar harga jual mereka berada diatas biaya produksi pada produksi standar sekitar 75% (HD).
Bisakah harapan peternak itu terwujud ?
Jika dilihat dari parah dan lamanya kondisi harga berada di bawah harga psikologis 20.000, apa lagi dengan kenaikan harga pakan yang berkali-kali, maka diperkirakan populasi sudah berkurang lebih dari 20%. Bahkan ada yang mengatakan pengurangan populasi sudah diatas 30%.
Pengurangan populasi terbesar adalah pada bulan September-Oktober 2021 dan bulan Januari – Februari 2022. Akibat anjloknya harga telur yang disertai oleh naiknya harga pakan luar biasa akibat kelangkaan bahan baku (pangan dan) pakan dunia (efek pandemi COVID-19).
Dengan adanya pengurangan populasi inilah, diprediksi terjadi ketidakseimbangan supply-demand telur di pasar menjelang momen Lebaran. Apalagi pada Lebaran nanti bisa dikatakan sudah tidak ada PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) lagi, sehingga acara mudik pun akan kembali normal seperti sebelum pandemi Covid-19.
Harga yang terjadi diprediksi bisa membuat rekor baru lagi. Mengingat pada bulan Desember 2020, rekor harga loko farm bisa mencapai sekitar 25.000 dan pada bulan Desember 2021 harga bahkan bisa mencapai rekor mengejutkan, yaitu 29.000/kg (walau cuma 1 minggu).
Tinggal satu lagi tantangan besar yang harus dilewati, yaitu daya beli masyarakat.
Baca juga : Peternakan Ayam Petelur Sedang Ngeri Ngeri Sedap
Prediksi Mekanisme Harga Telur Mendatang
Menjelang Lebaran yang akan datang, tantangan daya beli masyarakat yang sebelumnya lemah, tampaknya akan terbantu cukup banyak oleh cairnya Tunjangan Hari Raya (THR). Sehingga diperkirakan dalam 2 minggu terakhir ini, harga telur akan mampu melesat naik dengan cepat.
Tidak adanya PPKM lagi, akan menjadikan kegiatan masyarakat kembali normal seperti merayakan Lebaran sebelum pandemi. Ditambah lagi euphoria setelah 2 tahun tanpa mudik. Ini bukan tidak mungkin akan menyebabkan harga akan membuat rekor baru melebihi harga pada bulan Desember 2021.
Jika pun terjadi hambatan di pasar akibat hal tak terduga, harga telur diprediksi setidaknya mampu menembus harga 24.000/kg.
Perkembangan Harga Sampai Bulan Juni 2022
Target harga terbaik tentu saja tidak hanya saat menjelang Lebaran, tapi tentu saja sampai sesudah lebaran. Terutama perkembangan sampai akhir smester 1 tahun 2022.
Jika saja harga mejelang Lebaran bisa menembus di atas 25.000/kg, maka setelah Lebaran pada bulan Syawal (Juni 2022) hanya akan sedikit mengalami penurunan dibanding menjelang Lebaran. Ini disebabkan, walau momen Lebaran telah terlewati, namun pada bulan Syawal diprediksi harga akan terjaga oleh banyaknya hajat pernikahan dan sebagainya. Yang selama 2 tahun sangat terbatas.
Kejutan baik mulai bulan Juni 2022 adalah mulai dirasakan lagi penurunan produksi yang mencolok, yang diakibatkan oleh sangat sedikitnyanya ayam-ayam muda yang mulai berproduksi (puncak).
Kita tidak boleh lupa pada info penting, yaitu banyaknya peternak menunda peremajaan pada bulan Januari – Maret 2022 akibat keterbatasan keuangan (cashflow). Sehingga selama periode Januari – Maret, hampir semua breeder hanya menetaskan DOC jika ada pesanan.
Efek dari penundaan peremajaan (replacement) ini dimungkinkan akan sangat terasa efeknya sampai akhir tahun 2022. Sehingga diprediksi pada bulan Juni 2022, peternak akan mulai ramai-ramai melakukan peremajaan. Efek dari peremajaan ini baru akan terasa pada tahun 2023.
Diskusi
- Terjadi penurunan populasi sekitar 20-30% akibat afkir ayam sebelum waktunya.
- Daya beli sudah tergerus akibat sudah lebih dulu terjadi kenaikan BBM, minyak goreng dan jenis sembako lainnya.
- Mulai bulan Juni 2022, akan mulai dirasakan berkurangnya populasi (supply) akibat peternak mengundurkan peremajaan.