Gejolak Harga Telur Selama 2 Minggu Akhir 2021 dan Minggu Pertama Bulan Januari 2022, Merupakan Titik Terang
Gejolak harga telur stabil semasa 2 minggu akhir Desember 2021 sampai 2 minggu pertama bulan Januari 2022, menunjukkan gambaran bagaimana perkembangan harga telur smester pertama tahun 2022.
Gelombang ke 3 Covid-19 yang diperkirakan bakal mengguncang Indonesia pada awal tahun 2022, ternyata tidak terbukti. Ini bisa dijadikan salah satu parameter untuk melihat perkembangan harga berikutnya.
Perbedaan harga telur akhir tahun 2021 dan awal tahun 2022, terlihat begitu njomplang. Ini merupakan sedikit gambaran bagaimana kesimbangan supply-demand yang real. Karena selama bulan Januari 2022 bisa dikatakan tidak ada hari-hari tertentu yang bisa mempengaruhi naik-turunnya harga.
Baca juga Harga Telur 2022 Bakal Ngeri-Ngeri Sedap, Perhatikan!
Efek COVID-19 Terhadap Perekonomian dan Pasar Telur
Meledaknya gelombang ke 3 Covid-19 setelah tahun baru di Indonesia tidak terbukti. Pemerintah juga tidak jadi alias membatalkan pemberlakuan PPKM seperti waktu-waktu sebelumnya. Walaupun ada pembatasan tertentu pada saat-saat puncak menyambut tahun baru.
Dengan tidak terjadinya ledakan gelombang ke 3 Covid-19, ini berarti Indonesia memasuki fase yang bisa dikatakan mendekati normal. Kegiatan kehidupan mulai berjalan normal, roda ekonomi berjalan makin cepat.
Namun justru pada kondisi yang mulai normal pada awal tahun 2022 ini, harga telur secara bertahap turun, dan berada pada kisaran 19.000-20.000.
Ini menunjukkan bahwa permintaan non-organik telur menjelang tahun baru sangat tinggi sehingga memecahkan rekor harga sepanjang sejarah. Gejolak harga telur hampir bisa menembus 30.000, walau hanya beberapa hari saja. Sementara permintaan telur pada awal tahun (bulan Januari) kembali normal, bertumpu pada kebutuhan organik (rumah tangga sehari-hari).
Dan saat bulan Januari 2022 memasuki minggu ke 2, harga telur menuju keseimbangan supply-demand yang normal. Penurunan harga begitu besar dibanding harga bulan Desember 2021 merupakan suatu peringatan pada peternak bahwa pasar masih belum terlalu menguntungkan. Mengingat daya beli masyarakat harus berbenturan dengan tingginya biaya produksi terutama tingginya harga pakan.
Harga Telur Diprediksi Masih Kurang Menguntungkan Sampai Bulan Maret 2022
Gejolak harga telur yang begitu tinggi pada bulan Desember 2021, ternyata bukan jaminan akan membuat harga telur jadi bagus pada awal tahun 2022.
Melihat kalender Masehi maupun kalender Jawa, ternyata sampai bulan Maret 2022 bisa dikatakan tidak ada hari tertentu yang diharapkan bisa mengangkat harga telur jauh diatas 20.000. Ini tentu akan kurang menguntungkan dan sedikit menyulitkan bagi ayam-ayam yang produktifitas dibawah 80%. Apalagi jika peternak sudah mulai melakukan peremajaan.
Karena selain harga produksi yang tinggi (untuk produksi dibawah 80%) akibat harga pakan yang juga tinggi. Peremajaan yang masa puncaknya jauh setelah lebaran, tentu membutuhkan biaya ekstra juga yang cukup menggoyang cashflow, jika harga masih di bawah 20.000. Sehingga peremajaan pada periode ini harus benar-benar dipertimbangkan. Perlu diingat, peremajaan periode setelah pertengahan Januari 2022, justru baru bisa mencapai puncak produksi pada bulan Suro. Saat harga telur diperkirakan akan berada pada periode dimana harga telur paling rendah selama tahun 2022.
Sementara itu, pada periode bulan Januari sampai Maret 2022 ini, afkir mungkin menjadi dilema. Mengingat waktu menuju Puasa dan lebaran (untuk mendapat harga afkir lebih baik), sudah cukup dekat. Juga afkir ayam tua pada periode ini tidak gampang dan harganya kurang bagus.
Gejolak Harga Telur Saat Puasa dan Lebaran 2022
Mengamati gerak harga telur minggu awal Januari 2022 yang bisa dikatakan landai walau belum bisa dikatakan bagus. Ini cukup menunjukkan supply-demand mulai berimbang dan bisa mengimbangi pula harga pakan yang tinggi. Sehingga selama periode bulan Januari sampai Maret 2022, walaupun pasar tidak terlalu baik, namun juga tidak terlalu buruk.
Jika semua kondisi normal, termasuk Covid-19 mereda, pada bulan April 2022 harga telur akan membaik dan akan mencapai puncak harga terbaik menjelang Lebaran.
Demikian juga setelah lebaran, walau ada penurunan harga, namun harga masih cukup bagus. Asalkan peternak tidak terbuai dengan harga tinggi saat menjelang lebaran dan tetap melakukan afkir ayam tuanya pada saat harga telur bagus. Kenaikan harga akan dapat dirasakan jika peternak bisa menjaga populasi. Perlu diingat, menahan afkir dipastikan akan meningkatkan/ menambah populasi yang berimbas meningkatnya supply telur yang cukup berarti dan mempengaruhi harga telur.
Kesimpulan
- Hancurnya harga telur periode Agustus – Oktober tahun 2021 merupakan seleksi alam pada peternak, sehingga populasi sangat banyak berkurang.
- Pada periode September-November, peternak banyak menunda peremajaan. Sehingga dimungkinkan terjadi cukup banyak pemusnahan DOC Layer. Namun penjualan pullet, walau dengan harga bantingan istimewa masih dilirik peternak, sehingga tidak ada pemusnahan pullet.
- Pada periode bulan Desember, penjualan pullet bisa dikatakan cukup laris. Selain karena puncak produksinya menjelang Puasa dan Lebaran, chick in pullet farm juga sangat terbatas.
- Kesempatan afkir saat pertengahan Desember sampai awal Januari cukup banyak untuk mengejar harga afkir yang bagus (Desember 2021) dan terpaksa afkir karena harga telur turun cukup tajam (Januari 2022).
- Dari poin-poin diatas, terlihat pengurangan populasi akibat keterpaksaan afkir jauh lebih banyak dibanding penambahan populasi dari peremajaan.
- Semoga peternak bisa menikmati kejayaan menjelang lebaran dan tidak terbuai dalam pesta harga selama Puasa dan Lebaran .
1 Comment. Leave new
Bisa minta rumus cara hitung hpp telur tersebut