Bagi saya yang mempunyai hobby fotografi, libur akhir pekan merupakan saat yang di nantikan untuk melepas suntuk setelah lima hari bekerja. Inilah saatnya untuk mencari rekomendasi wisata akhir pekan jawa timur yang menarik.
Pada jaman now, dimana sebagian besar masyarakat mememiliki medsos. Maka liburan akhir pekan mencari tempat tempat yang instagramable dan tempat tempat kuliner yang mempunyai rasa khas lokal menjadi trend. Mengunggah foto-foto tempat tempat wisata akhir pekan dan kuliner mereka ke media sosial merupakan kesenangan dan kebanggaan tersendiri.
Menentukan Lokasi Wisata Akhir Pekan
Kadang tidak perlu jauh-jauh dan mahal untuk mencari tempat liburan singkat, karena banyak tempat wisata Jawa Timur murah untuk dikunjungi.
Setelah mencari beberapa referensi tempat liburan dan wisata akhir pekan di Jawa Timur, akhirnya pilihan saya jatuh pada wisata di empat kabupaten di Jawa Timur. Yaitu Banyuwangi, Bondowoso, Jember dan Lumajang, yang bisa di jalani dalam satu jalur pergi pulang.
Wisata Akhir Pekan Di Empat Kabupaten Di Jawa Timur (3 hari 2 malam)
Destinasi wisata akhir pekan ketempat tempat eksotik yang saya pilih diakhir minggu ini adalah Kawah Ijen (Banyuwangi), Kawah Wurung (Bondowoso), air terjun mini Niagara Catimor (Bondowoso), Teluk Love (Jember), pantai Papuma dan Ranuklakah (Lumajang).
Kawah Ijen
Kawah Ijen saya pilih sebagai tujuan pertama wisata akhir pekan, mengingat destinasi wisata yang terletak diperbatasan kabupaten Bondowoso dan kabupaten Banyuwangi ini memang sangat indah. Namun untuk mengunjungi wisata dingin di Jawa Timur ini membutuhkan tenaga/stamina yang prima. Karena jalan menuju ke bibir kawah dengan ketinggian 2.443 mdpl merupakan jalan setapak yang menanjak sejauh 3 km.
Perjalanan Menuju Kawah Ijen
Kami memulai wisata akhir pekan berangkat dari kota Sidoarjo hari Jumat sekitar pukul 19.00. Karena saya memang sangat menyukai perjalanan malam, selain cuaca nya nyaman, jalanan juga relatif lebih sepi sehingga perjalanan bisa lebih cepat. Jalur perjalanan ke Kawah Ijen yang di tempuh adalah jalur pantura, yaitu Sidoarjo – Pasuruan – Probolinggo – Situbondo – Banyuwangi – Ijen.
Jarak dari Sidoarjo sampai Pal Tuding sebagai pos awal mendaki Kawah Ijen kami tempuh 6,5 jam. Pukul 03.00 setelah beristirahat sekitar 1 jam sambil minum kopi panas dan mempersiapkan barang barang bawaan, pendakian dimulai. Dengan membeli tiket Kawah Ijen seharga 7.500 rupiah, ratusan pengunjungpun boleh memulai pendakian.
Pendakian Penuh Tantangan
Perjalanan menempuh jarak sekitar 2 km pertama adalah perjalanan yang paling berat, karena lintasan menanjak hampir tanpa jeda. Selama perjalanan sekitar 2 km ini, memang kita diuji sejara fisik maupun mental.
Perjalanan mendaki yang tidak bisa dikatakan landai ini, membuat energi terkuras dan putus asa untuk meneruskan perjalananpun bisa terjadi. Apalagi karena pepohonan yang menutup bebukitan di sebelah kiri dan jurang di sebelah kanan jalan tidak lebat, sehingga pandangan kita bisa bebas melihat jalur tanjakan berat yang akan ditempuh. Untuk itulah saya melarang istri untuk melihat jalan yang akan kita tempuh keatas, maupun jalan yang sudah dilewati kebawah. Ini untuk menjaga supaya istri saya tidak putus asa dalam keletihannya.
Setelah hampir 2 jam mendaki, kami sampai ditempat penimbangan belerang, karena memang Kawah Ijen dikenal sebagai tempat para penambang belerang. Disini kita bisa istirahat sambil minum sekedar melepas lelah. Namun saya lebih memilih segera melanjutkan perjalanan, setelah istirahat sekitar 5 menit di tempat penimbangan belerang. Toh saya bisa minum dari air putih maupun minuman isotonik sepanjang perjalanan.
Uap Belerang Bisa Menyesakkan Nafas
Melewati tempat penimbangan belerang, jalur yang kita tempuh langsung ekstrim menanjak dan melewati anak tangga yang cukup menghabiskan tenaga. Jalur ekstrim ini tidak panjang, cuma 200-300 meter saja. Diujung jalur yg berat ini, barulah saya menyuruh istri untuk melihat kebawah. Dia terkejut sekaligus bangga setelah melihat kebawah, karena ternyata kami sudah berjalan jauh dan mendaki begitu tinggi.
Selepas itu, jalan yang ditempuh relatif datar dengan pemandangan indah karena langit mulai terang. Namun pada jalur ini, jika angin kurang menguntungkan, tidak jarang angin yang menerpa kita mengandung uap belerang yang cukup tinggi. Sehingga sangat menganggu pernafasan dan perih jika mengenai mata. Disekitar tempat ini biasanya banyak penduduk menawarkan persewaan masker. Tapi, membawa sendiri masker dari rumah akan lebih baik, karena lebih bersih dan higienis.
Sampai Di Puncak Kawah Ijen
Sekitar 2 jam 40 menit pendakian, sampailah kami di tepi Kawah Ijen. Senyum kegembiraan merekah dibibir istri saya, perjalanan terberatnya melahirkan kebanggaan, menundukkan medan berat Kawah Ijen. Bagi saya, perjalanan yang biasanya saya tempuh cuma 1,5 jam saja, justru terasa melelahkan. Tapi tidak mengapa, karena sebagai suami, inilah saatnya untuk bersabar mengikuti kemampuan seorang wanita yang sangat saya cintai.
Di bibir Kawah Ijen ini istri saya langsung mencari tempat untuk melepas lelah sembari menikmati keindahan, sementara saya bergesas mencari spot-spot foto yang bagus memanfaatkan wisata ini sebaik-baiknya.
Menikmati Hangat Pagi di Kawah Ijen
Tanpa terasa hampir 2 jam saya berpindah pindah tempat mencari spot yang berbeda sambil menahan dingin yang menggigit tulang. Ternyata bukan saya sendiri yang aktif memotret keindahan Kawah Ijen pagi itu. Banyak juga teman teman fotografer yang asyik mengabadikan keindahan alam saat wisata akhir pekan ini, bahkan tak jarang mereka memotret dari tempat tempat yang agak berbahaya.
Mengabadikan keindahan Kawah Ijen pada wisata akhir pekan ini membuat saya hampir lupa waktu. Saat satu persatu pengunjung mulai beranjak turun, saya pun ikut dengan rasa enggan meninggalkan bibir kawah yang mulai tersinari matahari pagi.
Perjalanan Turun
Sepanjang perjalanan turun pun pemandangan pagi ini begitu sayang untuk tidak diabadikan, pohon pohon yang berselimut kabut tipis terasa begitu indah dan mistis.
Karena permasalahan pada lutut saya yang terserang osteoarthritis, maka perjalanan turun merupakan penderitaan tersendiri. Saya tidak ambil resiko untuk itu, menggunakan gerobak/trolly dorong yang banyak menawarkan diri disepanjang perjalanan adalah pilihan saya. Setelah tawar menawar sepakat dengan harga 125 ribu dari awal kawah sampai pos awal pendakian, yaitu di Pal Tuding.
Perjalan turun menggunakan trolly merupakan keasyikan tersendiri, kesempatan santai melepas lelah sambil memotret sepanjang perjalanan.
Ada Trolly Sebagai Angkutan
Sebenarnya bagi yang tidak kuat berjalan kaki mendaki Kawah Ijen, di sepanjang perjalanan banyak penduduk yang menawarkan untuk naik menggunakan Trolly mereka. Untuk perjalanan naik, penduduk menawarkan harga sekitar 600 ribu. Sedangkan untuk turun berkisar 125 – 150 ribu. Untuk paket naik dan turun biasanya ditawarkan 650-700 ribu.
Ada juga pendaki yang baru menggunakan trolly ditengah perjalanan saat sudah tidak kuat lagi berjalan. Dan tentunya harus pandai pandai menawar harganya, agar wisata akhir pekan lebih nyaman dan ekonomis.
Begitu sampai di Pal Tuding yang juga merupakan tempat parkir Kawah Ijen, hal pertama yang terasa adalah lapar yang luarbiasa. Sepiring nasi goreng beserta sebutir telur mata sapi dan segelas teh panas menjadi pilihan obatnya. Luar biasa nikmatnya saya rasakan bersantap sajian nasi goreng bersama teh hangat tujuan pertama wisata akhir pekan pagi itu.
Baca juga: Management Periode Brooding Ayam Petelur
Kawah Wurung
Lokasi Kawah Wurung
Selesai beristirahat sambil membersihkan badan, perjalanan kami lanjutkan menuju Kawahwurung sekitar pukul 10.00. Jalan menuju Kawahwurung sebagai salah satu wisata Bondowoso tidak lama, selain jaraknya yang cukup dekat sekitar 8 km, kondisi jalannya juga cukup bagus. Kecuali sedikit tanjakan menjelang masuk kawasan Kawahwurung yang masih berupa makadam dan berbatu.
Setelah melewati pos penjualan tiket dan membeli tiket masuk yang dibanderol 5.000 rupiah, perjalanan langsung melewati tanjakan dan setelah itu kami sudah berada lokasi Kawah Wurung.
Dalam bahasa Jawa, kata wurung berarti sesuatu yang gagal atau tidak jadi. Sehingga Kawah Wurung mempunyai arti kawah yang tidak jadi terbentuk.
Jika kawah Ijen terkenal dengan air danaunya yang mematikan, maka Kawah Wurung ini sama sekali tidak memiliki air. Hanya berupa cekungan tanah yang luas dengan tetap ditumbuhi hijaunya rumput. Di tepi kawah atau kaldera kosong di Kawah Wurung ini, dikelilingi pohon dengan bentuk melingkar, yang disebut bukit cincin.
Komposisi lingkungan Kawahwurung ini mirip dengan lingkungan gunung Bromo, cuma lebih kecil dan ditumbuhi rumput hijau yang telihat lembut. Tempat ini begitu indah, apalagi saat pagi atau sore yang bekabut. Bukit yang berada ditengah cekungan terlihat begitu mistis, sungguh tempat wisata akhir pekan yang menyenangkan.
Lokasi Pilihan Menikmati Kawah Wurung
Setidaknya ada 2 tempat untuk menikmati wisata akhir pekan di Kawahwurung. Pertama di bagian depan saat memasuki kawasan Kawahwurung. Disini disediakan bebagai fasilitas bermain dan MCK, juga ada beberapa warung. Diwarung warung ini kita bisa membeli makanan berupa nasi plus lauk dan sayur, juga makanan praktis yaitu mie instan. Bahkan di salah satu warung, bila datang lebih pagi, kita bisa minta tolong untuk membelikan bahan lauk pauk serta sayuran dan sekalian minta tolong dimasakkan masakan sederhana ala desa. Tempat kedua, kita harus masuk kedalam sekitar 600 meter. Dilokasi ini lebih sepi dan banyak anak anak muda yang berkemah.
Jika kita masuk lebih kedalam lagi dengan jalan yang agak sulit ditempuh, akan ditemukan banyak bebukitan yang bisa didaki tanpa membutuhkan terlalu banyak tenaga untuk berfoto. Tidak jauh dari situ kami sampai disuatu tempat peristirahatan yang sebut dengan villa Jampit. Yaitu sebuah bangunan besar jaman jaman Belanda yang dikelilingi kebun bunga indah dan asri.
Ada Villa Jampit Yang Dikeliling Kebun Bunga
Villa tua ini juga disewakan untuk umum dengan harga sekitar 1,6 juta permalam dengan 4 kamar besar dan dapur lengkap untuk masak sendiri. Sehingga sangat cocok sebagai tempat wisata akhir pekan. Sering kelompok wisatawan memanfaatkan villa ini untuk menginap sekalian mengadakan acara outbond ditempat yang nyaman tersebut.
Menuju Air Terjun Catimor
Setelah puas mengelilingi tempat mengasyikkan dilingkungan bebukitan Kawahwurung, sekitar pukul 15.00 kami tinggalkan lokasi ini dan meneruskan perjalanan menuju kawasan Catimor.
Lokasi Catimor Tidak Jauh dari Kawah Wurung
Sebenarnya lokasi air terjun Catimor merupakan komplek Guesthouse milik PTP XII yang dari Kawahwurung jaraknya sekitar 6 km. Keluar dari Kawahwurung mobil berbelok kekiri dan berjalan menyusuri perkebunan kopi yang sejuk dan asri. Setelah 2 km ada papan petunjuk besar menuju Guesthouse Catimor, lalu berbelok kekanan sejauh lebih kurang 2 km.
Tidak ada tiket masuk ke kawasan Catimor, hanya saja kita harus membayar jasa parkir pada satpam yang menjaga mobil kita secara sukarela.
Catimor Sering Disebut Mini Niagara Waterfall
Air terjun Catimor sebagai destinasi ketiga wisata akhir pekan ini, merupakan air terjun kecil. Bentuknya begitu indah sehingga sangat instagramable jika kita berfoto disitu. Ada semacam anjungan yang menjorok dari sisi kanan kearah air terjunnya dan diatas anjungan itu lah kita bisa ber selfi ria.
Jika mau, wisatawan dapat juga menginap Guesthuose Catimor dengan harga sewa kamar mulai 150 – 400 rb rupiah.
Selesai mengunjungi Catimor, kami mengambil jalur pulang mengarah ke Surabaya. Catimor kami tinggalkan sore hari untuk turun kearah Bondowoso lalu menuju ke Jember dan menginap di Jember untuk melanjut kan wisata disekitarnya.
Di Jember cukup banyak penginapan kelas melati sampai hotel berbintang. Kita bisa memilih hotel yang kita suka dan sesuai budget.
Teluk Love di Pantai Payangan
Pagi sekitar jam 03.30 kami tinggalkan Hotel di Jember menuju pantai Payangan yang merupakan salah satu pantai di Jember, sebagai tempat wisata akhir pekan ke empat untuk menikmati indahnya teluk Love dari ketinggian bukit. Perjalanan dari Jember sejauh 32 km bisa ditempuh sekitar 40 menit karena lalulintas masih sepi.
Menikmati Pemandangan Teluk Love Saat Sunrise
Pantai Payangan ini letaknya paling ujung setelah pantai Papuma dan sekarang merupakan salah satu wisata Jember yang terkenal. Mobil bisa masuk sampai dekat pantai ditempat parkir khusus.
Setelah mobil dipakir, kita berjalan kaki sajauh 200 meter menuju pintu masuk ke bukit Love. Dengan membayar 5.000 rupiah per orang, kita bisa mulai mendaki bukit kepuncak sisi kiri bukit sejauh 200 meter dalam waktu skitar 30 menit karena tanjakannya cukup curam.
Menjelang fajar, kita sampai diatas puncak bukit dan menunggu fajar keluar dari ufuk timur. Saat matahari mulai muncul, keindahan mulai terlihat, bibir pantai yang melengkung membentuk hati terlihat merah kekuningan tersinari matahari pagi.
Keindahannya sangat instagramable, dan sebaiknya gunakan lampu blitz atau flash kamera agar menghasilkan foto yang indah jika melakukan selfie.
Setelah puas memandangi teluk Love dan berfoto ria, kami turun lagi untuk berpindah menuju pantai Papuma. Tapi sebelum menuju pantai Papuma sebagai tujuan wisata akhir pekan keempat, kita bisa istirahat dulu di bawah bukit untuk sekedar minum kopi atau teh panas. Atau bisa juga membeli sarapan pagi berupa mie instan ataupun menu nasi dengan ikan bakar dan lalapan.
Jangan khawatir dengan harga, disini warung warung sudah menyadari tentang kenyamanan wisatawan. Mereka tidak mau mengecewakan pengunjung dengan mematok harga mahal diluar kewajaran. Ikan bakar nya juga bermacam macam, apa lagi saat musim ikan
Pantai Papuma Salah Satu Wisata Akhir Pekan Jawa Timur
Perjalanan dari pantai Payangan menuju pantai Papuma, kita mengambil jalur balik yang sebelumnya kita lewati sebelumnya. Sekitar 2 km menyusuri jalan balik, kita belok kiri menuju jalur yang menuju pantai Papuma. Setelah menyusuri jalan selama 20 menit, kita sudah di pantai Papuma .
Menikmati Keindahan Pantai Dengan Berkuliner
Dipantai Papuma ini, kita dapat menaiki bukit karang yang menjulang disisi kanan, lalu memandang ke pantai yang terbentang luas didepan. Jika sore hari,kita bisa melihat matahari tenggelam disisi kanan pantai. Saat itu warna kuning kemerahan sinar matahari yang akan tenggelam terasa begitu syahdu.
Pemandangan khas disini adalah gugusan beberapa pulau karang kecil yang menjulang di tepi pantai.
Dipantai ini, warung warung tidak kalah banyaknya di banding di pantai Payangan. Begitu pula dengan menunya yang tidak jauh berbeda dan cukup lezat untuk dinikmati para pengunjung saat menikmati wisata akhir pekan mereka.
Aneka ikan bakar yang di sajikan bersama sambal pedas lalapan dan nasi panas, ditutup dengan es kelapa muda adalah menu yang pas. Harganya pun cukup terjangkau oleh kantong wisatawan.
Puas menikmati indahnya pantai Papuma, di perjalanan pulang kami rencanakan untuk singgah di Ranu Klakah menikmati pemandangan danau alam. Ranu Klakah sebagai salah satu wisata Jawa Timur yang dapat dinikmati
Ranu Klakah
Ranu Klakah, sebagai tujuan wisata akhir pekan kelima atau terakhir. Merupakan salah satu destinasi wisata di Lumajang yang terkenal dengan keindahan alamnya. Disarankan bila berkunjung ke sana pada saat matahari terbit. Karena bisa menyaksikan matahari yang perlahan-lahan muncul dari balik Gunung Lemongan.
Jalur Menuju Ranu Klakah
Untuk menuju ke destinasi ini, bisa ditempuh dengan memotong jalur, tanpa harus kembali ke Jember dulu. Dari Papuma ambil jalur balik menuju Ambulu. Sampai Ambulu belok kiri menuju Kebonsari dan sampai ke jalan nasioal.
Sesampai di Klakah berbelok kekanan mengikuti jalan menuju Ranuklakah, tidaklah jauh cuma sekitar 10-15 menit sudah sampai ke Ranuklakah yang indah.
Keindahan Ranu Klakah
Danau ini berada pada ketinggian 900 meter dari permukaan laut, dengan luas 22 hektare dan kedalaman 28 m. Dilatarbelakangi gunung Lemongan dengan ketinggian sekitar 1.668 m dpl, sangat nyaman karena hembusan udara segar angin pegunungan.
Ranuklakah juga merupakan tempat mencari nafkah bagi banyak masyarakat sekitarnya. Mereka mencari ikan di danau itu dengan cara menjala dari atas getek atau memancing. Menjala ikan dari atas gethek merupakan keunikan tersendiri dan menarik untuk dijadikan obyek fotografi.
Berbeda dengan di pantai Payangan maupun pantai Papuma. Disini makan siang dengan menu ikan air tawar yang digoreng maupun dibakar dengan nasi panas dan sambal yang pedas serta lalapan. Menu ini banyak ditawarkan di warung-warung sekitar danau.
Selesai makan siang, kami tinggalkan Ranu Klakah untuk pulang menuju Sidoarjo dan selesailah wisata akhir pekan Jawa Timur ini. Semoga menginspirasi.
1 Comment. Leave new
Excellent